Thursday, March 8, 2012

Dua Benua, Dua Diktator dan Satu "Ethnograper"


David "Dave" Efendi

Kita adalah 99% dari anak bangsa yang BELUM kehilangan akal waras dan budi mulia. Kita adalah anak bangsa banyaknya 99% yang masih percaya akan keberadaan KPK memusuhi Iblis dan setan koruptor. Kita adalah 99% dari masa depan bangsa. Hanya 1% yang anti KPK itu bukan bangsa putih, itu dragula yang jumlahnya tak seberapa. Hanya 1% yang sedang melawan kebenaran. mahluk 1% itu tidak sulit kita binasakan hanya mereka bertuhan uang dan bernabi koruptor. Partai apakah ini? Mari kita hancurbinasakan dengan jalan yang damai!" (Status FB 3 Okt/11).

Perihal "Otonomi" Daerah


David Efendi

Ketika projek otonomi daerah gagal, projet federalisasi mulai?

Terlintas ingin mendiskusikan perihal 'otonomi' setelah sekian lama saya mencoba absen dari apa yang disebut oleh profesor saya, Ben Kervliet sebagai official politics atau conventional politic yang berurusan dengan birokrasi, tata pemerintahan, dan berbagai piranti hukum yang dibuat. Politik konvensional selain an sich politik formal adalah juga bentuk-bentuk politik advokasi sementara everyday politics menempati kategori ketiga yang seirng luput dari perhatian publik secara luas (Kervliet 2010). Karena itu saya, selain berguru dengan James Scott mengenai Hidden trancript, every resistance, dan moral economy, saya juga senang nyantri secara private dengan profesor Ben Kervliet untuk kitab politik keseharian. Kategori ilmu ini mungkin bisa dikatakan sebagai antropologi politik. Pak Ben kedua setelah Ben Anderson ini sudah pensiun ketika saya masuk University of Hawaii, jadi sementara private menjadi pilihan baik secara online atau in person.

Demonstran Terus Menggelinding: Sedikit Pencerahan Tentang Wall Street Protest


David Efendi

Sepulang dari kelas Social Movement terasa banyak hal yang harus ditulis, tetapi karena capek kemampuan tidak sebanding dengan keinginan untuk menulis. Tetapi sesingkat-singkatnya akan saya sampaikan kepada para pembaca note-note ini. 

Pertama perlawanan para protester (demonstran) adalah perlawanan yang dalam batas tertentu tidak seimbang. Sebagaimana kita mafhum, begitu juga prof Steinoff, bahwa Wall Street adalah industri uang terbesar di muka bumi, pengendali uang semesta alam yang didalamnya juga penuh kejahatan, korupsi, dan manipulasi angka. Uang mereka banyak, sementara demonstran hanya mengandalkan donasi dan voluntary organization atau relawan kecil. Jika demonstrasi ini berhasil emngubah, maka uang bukanlah segala-galanya dalam dunia ini. Inilah pertaruhan manusia dengan tuhan 'keuangan yang maha perkasa'. 

Setengah Abad "Demokrasi Kita"


David Efendi

"Demokrasi Kita" adalah mahakarya seorang pemikir Indonesia, Muhammad Hatta dimana sikap perjuangan dan karakternya tumbuh di era kolonialisme dan imperalisme. kekayaan bacaan dan permenungannya menjadikan demokrasi yang digagasnya jauh dari huru-hara propaganda sebagaimana kaum nasionalis lainnya yang seringkali mengedepankan kekerasan fisik. Dalam batas tertentu dia membenarkan bahwa nasionalisme adalah gerakan politik dirangkai dari imajinasi individu-individu yang mempunyai sesuatu yang sama (sejarah, nasib, dan tradisi). Di sisi lain, Hatta seolah tidak rela melihat banyak orang mati sia-sia atas nama nasionalisme. Dia bereseberangan dengan nasionalisme yang disempitkan denagan sentralisasi kekuasaan (baca: autoritarian), dengan kata lain dia sangat 'anti' terhadap gagasan demokrasi terpimpin ala Sukarno.

Indonesia Bergeming?


David Efendi


Kata Indonesia di dalam judul sebagai penekanan bahwa negeri ini masih berbentuk republik dimana kedaulatan mutlak berada ditangan rakyat, paling tidak, konstitusi mengatakan demikian (Pasal 1 UUD 1945). Kata Indonesia, selain menjadi 'kesadaran' kebangsaan kita sebagai bagian dari Indonesia, setidaknya harapan bersama adalah bahwa kata Indonesia itu masih ada dalam ide dan pikiran rakyat.

Beberapa Hipotesis tentang INDONESIA


David Efendi

Beberapa asumsi, hipotesis atau 'thesis' dapat kita formulakan sekaligus kalkulasi kemungkinan, peluang, dan kelemahan argumentasi di dalamnya dalam menjawab satu persoalan: Apa dan Bagaimana Indonesia dapat tetap bertahan sebagai negara kesatuan dan mengapa  tidak?

Stop! Liberalisasi Pendidikan


David Efendi

ASET bangsa yang berupa pendidikan adalah aset yang kira-kira disebut penghuni terakhir bangsa ini. Setelah kebijakan liberalisasi ekonomi marak dilakukan semenjak Orde Baru sampai sekarang. Kini aset bangsa yang paling berharga ini sedang berada di ujung tanduk. Serius, benar-benar under attack.

Puasa dan Gerakan Anti Imperealisme Kerakusan


David Efendi

”I have lost three kgs but I am getting energy from my supporters across the country.
The countrymen should not lose this spirit, this is our fight against corruption.”
 Anna Hazare


Dari banyak catatan sejarah kita bisa melihat bagaimana 'puasa' sebagai ritual keagamaan dijadikan media untuk mengeskpresikan perlawanan terhadap penjajahan. Tradisi puasa sebenarnya tidak hanya monopoli agama tertentu, namun penggalan sejarah membuktikan bahwa puasa dapat meningkatkan dan membangkitkan solidaritas rakyat untuk bangkit melawan berbagai bentuk imperealisme, kolonialisme, termasuk melawan rejim diktator dan juga penguasa korup. Titik sejarah itu paling kuat dapat kita saksikan dalam sejarah Islam, India, dan beberapa bagian ada di Indonesia. Untuk lebih detail mari kita tengok satu persatu.

"Endorsement Battle" dan Politik Doa Restu


David Efendi

"Dia (Si Fulan) adalah satriya Piningit...hadir di saat yang dinanti-nanti"
(Ki Gendeng Raja Sejagat, contoh endorsement)

Pagi ini habis sarapan pagi, karena malas beraktifitas, saya lalu menonton TV di lounge lantai 3. Seperti biasa saya merasa seru dan semangat kalau lihat pembicaraan politik di stasiun televisi FOX milik geng partai republik. Kritikan pedas dan gak kepalang tanggung selalu muncul metani semua keslahan dan kekurangan pemerintah Obama. Tv ini,kKalau disetarakan di Indonesia FOX ini mirip Metro TV ketika mengkritik pemerintahan SBY. Keduanya adalah penyalur adrenalin "oposisi" dengan jalan membangun opini publik melalui media.

Membaca itu Melawan



Selain membaca itu untuk memotivasi diri dan orang lain manfaat lainm dari membaca adalah upaya keras dan kuat untuk melawan ketertinggalan, kebodohan, penindasan dan kefakirmiskinan yang melanda diri, keluarga, masyarakat dan bangsa kita. Bagi penulis, kekayaan bangsa bukan hanya berapa besar jumlah devisa, seberapa besar pulau, sebarapa banyak propinsi, atau seberapa besar sumber minyak yang terkandung di dalam perut bumi negeri ini. Melainkan seberapa besar hasrat masyarakat mencintai buku bacaan, seberapa ramai perpustakaan dibangun dan dikunjungi orang. Ini hanyalah mimpi karena sampai sekarang perpustakaan yang besar tetap kalah ramai dengan swalayan yang paling kecil di kecamatan. Apalagi membandingkan keramaian perpustakaan dengan careffour atau matahari mall. Ini sudah kesenjangan yang luar biasa sampai pada kesimpulan, meminjam bahasa taufiq Ismail, telah terjadi "tragedi nol baca"!

Menertawakan Politik dan Diri Sendiri


David Efendi

Beberapa tahun silam saya biasa membaca pojok kompas dan juga kartun di Kompas setiap terbit karena di kantor berlangganan. Seolah urusan politik itu isinya bisa sandiwara dan guyon santai saja. Tetapi kalau baca semua berita tentu kepala pening dan nafsu makan nambah akhirnya kegemukan. Itu resiko konsumen berita politik di Indonesia. Karena itu, redaksi dan pemimpin umum harian Kompas, KR, atau Jawa Pos punya trik tersendiri agar pembaca juga diberikan antidote dari virus berita yang membingungkan.

Daulat Uang, Daulat Tuan vs Daulat Rakyat


David Efendi

"Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Madjelis Permusjawaratan Rakyat." 
 ---UUD 1945 Pasal 1(2)

Menurut W.S Rendra (1998) salah satu sebab kebobrokan bangsa ini adalah karena bangsa ini lebih cenderung mengutamakan daulat tuan dari pada daulat rakyat. Daulat tuan adalah pemerintahan yang lebih mengedepankan ambisi penguasa yang atas nama konstitusi dan pemilihan umum memberlakukan berbagai ebijakan yang membunuh rakyat secara perlahan tetapi pasti. Salah satu ciri daulatn tuan adalah ethos kerja ABS (Asal Bapak Senang) atau Asal Bos senang. Perilaku ini tidak berubah sampai hari ini yang kita bisa ikuti bagaimana kasus korupsi Bank Century, Gayus, dan Wisma atlit yang saling menyandra dan saling melindungi bos dan atasanya.

Zaman "Kesimpangsiuran"


David Efendi
Fenomena alam yang ditunjukkan dengan berbagai jenis 'bencana alam' adalah disinyalir oleh banyak orang sebagai dampak ikutan dari gejala kerusakan cara berfikir manusia memandang alam, memandang manusia itu sendiri. Bencana datang di saat kapitalisme mencapai titik klimaks. Tidak heran, ulat bulu pun mengguncang ibu kota pusat pemerintahan kapitalis Indonesia. Tidak hanya fenomena bencana, berbagai fenomena lainnya seperti fenomena Nurdin Halid, fenomena keistimewaan Yogyakarta, 'legalisasi' korupsi, pengemplangan pajak, menghotelkan penjarah, statemen politisi yang dangkal dan innocent, wisata bui ala gayus, istigasah menjelang UN, Bentrok warga dan polisi, membaca takbir sebelum bunuh diri atau menghabisi nyawa orang lain akhir-akhir ini di tanah air, dan masih banyak lagi 'kegilaan' dan kesalahan berfikir dan bertindak lainnya. Ini bukan fenomena alam biasa, ini sudah menjadi sebuah absurditas jika seorang mimpi meniadakan fenomena manusia Indonesia tersebut. Ini adalah lebih dari dalang edan akhir zaman, tetapi sebuah kesimpangsiuran cara berfikir. Otak sudah kram, dan nafsu yang menggangtikan bagaimana otak itu harus dioperasikan.

Adegan Politik Yang Membosankan

April 9, 2011

David Efendi

Ini bagia dari testimoni pribadi yang tentu bukan dimaksudkan sebagai pemikiran politik ala pengamat politik juga bukan dimaksudkan untuk menandingi karya hebat Gramsci dalam penjarah yang beratus-ratus halaman tebalnya. Ini adalah catatan keprihatinan secara pribadi atas berbagai kejanggalan, paradok, malpracktik, atau misderection dalam jagat politik kita yang disuguhkan oleh politisi, pengambil kebijakan, yang diekspos media setiap detik setiap waktu. Orang sering complain betapa buruk muka cermin dibela sebagai bagian dari kehidupan politik atau istilah

Iman: Belok Kiri Jalan Terus!


David Efendi

Saya tidak tahu pasti apakah pembaca bisa menerka apa yang hendak penulis sampaikan dalam note sederhana ini. Bagi pembaca Marx atau teori social revolusioner istilah kanan dan kiri menjadi kata kunci label seseorang atau group tertentu. Beberapa dekade setelahnya banyak muncul generasi baru yang dinamakan tengah atau moderat, ada juga kiri baru, kanan baru, kanan-kanan dan seterusnya sampai menemukan titik estrem kanan dan ekstrim kiri. Orang mengidentikkan kanan sebagai kebaikan atau sisi kemalaikatan sementara kiri sebagai keburukan atau sisi iblis yang melekat pada jiwa manusia dan perilakunya.

Runtuhnya Ide Bernegara?


By David Efendi on Sunday, January 9, 2011 at 11:29pm

Tulisan ini terinspirasi oleh beberapa bacaan dan diskusi dengan teman di dunia facebook. Di dunia sedang tunggang langgang ini konon negara dipertanyakan eksistensinya dan juga dinihilkan keberadaanya. Beberapa orang mengklaim tidak perlu negara, tidak relevan mencantumkan kebangsaan. Mereka utopis seperti lagu Jhon Lenon, "jika tidak ada negara". Tapi rasionalitas juga dibangun sebab kenyataanya beberapa batas geografi antar negara mulai menghilang. Di sisi lain, banyak kelompok negara yang semakin memperketat batas geografi untuk lalu lalang warganya tetapi

Arogansi Kekuasaan


by David Efendi on Sunday, January 9, 2011 at 4:05am


"L'État, c'est moi" ("Negara adalah saya") 
---Louis XIV dijuluki juga sebagai Raja Matahari, Perancis

Orang atau segerombolan orang menjadi sombong (arogan) ketika mempunyai kekuasaan (power). Mereka bisa memaksakan kehendak karena punya modal kuasa dan mendominasi alat kekerasan secara 'sah'. Mereka, setelah mengantongi kekusaan baik legitimasi tradisional, karismataik atau legal-formal, lalu merasa sudah memiliki otoritas (authority) untuk bertindak atau tidak bertindak terhadap isu sosial tertentu atau

Membangun Indonesia yang Rileks


David Efendi

Kata Emha Ainun Najib (Cak Nun), rasa Humor itu adalah antidote dari serangan santet. Jika mau kebal santet anda harus menumbuhkan selera humor--kalau tidak mau mati muda. Santet itu di zaman modern adalah termasuk santet yang diakibatkan oleh politik pemerintahan neo-liberal yang mengancam kelangsungan hidup budaya lokal dan kedaulatan pangan masyarakat kelas bawah. Maka dari itu, pemerintahan yang baik sekarang adalah sistem pemerintahan yang mampu menyuburkan budaya humor dan dagelan. Itu pun kalau anda percaya kalau tidak? Hati-hati mati secara mendadak!

Everyday Dictionary of Resistances


Dave Efendi

1. A boycott is an act of voluntarily abstaining from using, buying, or dealing with a person, organization, or country as an expression of protest, usually for political reasons.

The word boycott entered the English language during the Irish "Land War" and is derived from the name of Captain Charles Boycott, the land agent of an absentee landlord, Lord Erne, who lived in Lough Mask House, in County Mayo, Ireland, who was subject to social ostracismorganized by the Irish Land League in 1880. As harvests had been poor that year, Lord Erne offered his tenants a ten percent reduction in their rents. In September of that year, protesting tenants demanded a twenty five percent reduction,

Pagar, Jembatan dan Pengkhianatan Terhadap Agenda Reformasi


David Efendi

"Pagar harus dibangun untuk kesejahetraan rakyat dan diruntuhkan atas nama kebaikan rakyat."

Tulisan ini adalah bagian dari kegelisahan setiap hari tidak hanya sebagai ekspresi refleksi akhir tahun. Terlalu sayang jika refleksi keberadaan negeri ini hanya dituliskan dalam sajak-sajak dan kata-kata satir di akhir tahun. Menulis, sebagaimana kata Pram, adalah tugas nasional. Seharusnya, ungkapan rasa murung dan empati kepada negeri ini dilakukan oleh semua orang setiap saat sebagai bagian dari everyday life, atau sebagai everyday politik dimana keterlibatan kita diharapkan untuk membantu negara mengurai masalah, menjadi jembatan antar gap (Boytee), baik secara terorganisasi atau yang disebut Ben Kirvleit, sebagai everyday politik--kontribusi atau pengaruh atas kebijkan yang diakkukan secara individual, tidak langsung, dan tidak terorganisir.

8 Dosa Pemerintah

David Efendi

“It is better in prayer to have a heart without words than words without a heart.” (Mahatma Gandhi)
Tentu pembaca akan sebagian setuju dengan pendapat bahwa menghitung dosa lebih baik dari pada menghitung-hitung pahala yang kita merasa sudah banyak melakukan. Menghitung dosa artinya kita instropeksi dan evaluasi sedangkan menghitung pahala artinya pamrih, riya, pamer dan ujungnya akan menjadikan manusia sombong dan terbuai oleh kekuatan yang ia sendiri tidak memilikinya. Lalu kenapa kita perlu berhitung dosa pemerintah? Tugas manusia adalah mengoreksi diri sendiri dan berbuat untuk sesama, jika kita tidak mengoreksi pemerintah lalu siapa yang akan mengevaluasinya? jika pemerintah salah bukankah akan membawa dampak yang besar menyangkut hajat hidup orang banyak?

HOW TO START A REVOLUTION


Synopsis:

Half a world away from Cairo\'s Tahrir Square, an aging American intellectual shuffles around his cluttered terrace house in a working-class Boston neighborhood. His name is Gene Sharp. White-haired and now in his mid-eighties, he grows orchids, he has yet to master the internet and he hardly seems like a dangerous man. But for the world\'s dictators his ideas can be the catalyst for the end of their regime.

HOW TO START A REVOLUTION reveals the remarkable story of modern revolution, the power of people to change their world and the man behind it all.

Kekuasaan itu Milik semua Orang


David Efendi

Orang sebelum berteori dan membaca teori kekuasaan sudah mempraktekkan kekuasaan. Jauh sebelum Thomas Hobbes, Aristoteles, Jhon Locke berfikir tentang teori kekuasaan Nabi Adam dan Iblis sudah saling berebut kekuasaan dalam pengertian saling bertahan dan saling meruntuhkan kekuasaannya. Hal ini kemudian di praktikkan oleh Anak-anaknya untuk perebutan kekuasaan antara Habil dan Qobil dalam cerita-cerita anak-anak tempo dulu.