Thursday, March 8, 2012

Setengah Abad "Demokrasi Kita"


David Efendi

"Demokrasi Kita" adalah mahakarya seorang pemikir Indonesia, Muhammad Hatta dimana sikap perjuangan dan karakternya tumbuh di era kolonialisme dan imperalisme. kekayaan bacaan dan permenungannya menjadikan demokrasi yang digagasnya jauh dari huru-hara propaganda sebagaimana kaum nasionalis lainnya yang seringkali mengedepankan kekerasan fisik. Dalam batas tertentu dia membenarkan bahwa nasionalisme adalah gerakan politik dirangkai dari imajinasi individu-individu yang mempunyai sesuatu yang sama (sejarah, nasib, dan tradisi). Di sisi lain, Hatta seolah tidak rela melihat banyak orang mati sia-sia atas nama nasionalisme. Dia bereseberangan dengan nasionalisme yang disempitkan denagan sentralisasi kekuasaan (baca: autoritarian), dengan kata lain dia sangat 'anti' terhadap gagasan demokrasi terpimpin ala Sukarno.

Gagasan "Demokrasi Kita" Bung Hatta jika ditarik genealoginya mungkin bagian dari refleksi dari pengetahuan dan wawasannya yang luas, tradisi emmbaca banyak literatur 'asing' lalu menjadi suatu gagasan yang dikontekstualisasikan dalam kehidupan rakyat lalu membuat formula baru yang dianggap dapat bekerja. Praktik dari hasil olah pikirnya kita bisa mengacu pada Maklumat X pada tanggal 16 Oktober 1945 dimana ide segar untuk mentransformasikan sistem pemerintahan presidensial menjadi sistem parlementer, dari partai politik yang "terbatas"/"dibatasi" menjadi sistem multi partai yang sampai hari ini sebenarnya dampak itu masih terlihat. Bung Hatta mungkin sangat paham tendensi penguasa dan karakter kekuasaan yang diyakini Lord Acton bahwa kekuasaan cenderung menyeleweng dan kekuasaan yang absolut akan mengantarkan kepada penyimpangan yang semakin besar. Kita faham bagaimana Indonesia dipersonalisasikan menjadai seorang Sukarno, Suharto, atau bahkan sekarang SBY. 

Menarik untuk dicatat, penggunaan kata "kita" dalam "Demokrasi Kita" yang dipublikasikan tahun 1960 lalu menjadi catatan penting dalam sejarah demokrasi Indonesia. Demokrasi kita adalah salah satu dinamika pembangunan demokrasi di negeri Indonesia semenjak tahun 1945-60 dimana gelombang demokratisasi dunia kedua sedang berkecamuk (Huntington 1992). Kata "Kita" sendiri bisa ditafsirkan sebagai semangat sosialisme alaHatta yang ingin tetap menempatkan Indonesia sebagai negara republik--dimana rakyat secara kolektif menempati kedudukan paling tinggi, pemegang kedaulatan negara dna bukan kepada segelintir orang kuat. Kekitaan ini sangat berarti, ketika banyak negara-negara dunia ketiga setelah menumbangkan rejim imperialis lalu menggantikan dengan bentuk kolonialisme baru oleh anak bangsa sendiri (diktator). Kekitaan juga berarti bahwa nasionalism bisa diperjuangkan dengan jalan damai dengan membangun suprastuktur dan infrastuktur politik yang tangguh.

Lebih dari setengah abad yang lalu atau sekitar tahun lalu ide demokrasi kita dipublikasikan dan disebarluaskan dengan kemampuan Bung Hatta dalam menulis dan beragumen, sampai rela mempertaruhkan 'jabatan' dan kekuasaan yang akhirnya mengundurkan diri dan pecah kongsi dari "dwi tunggal" Sukarno-Hatta. Mereka berbeda pendapat, tetapi tidak mengorbankan rakyat dalam perang dingin keyakinan antara sosok yang disebut oleh Herbert Feith (1962) sebagai solidarity maker (Sukarno) dan administrator (Hatta). Dalam demokrasi kita, kritik tegas dan santun kepada Sukarno adalah bagian ikhtiar Hatta untuk menyampaikan gagasannya yang berbeda, kebebasan menyampaikan pendapat ini juga bagian dari sikap demokrat kedua belah pihak. Dalam satu penggalan uraiannya di Pandji Masyarakat (1960), Hatta menyatakan bahwa gangguan demokrasi sebenarnya bukanlah dari kesalahan rakyat, tetapi pemimpin demokrasi itu sendiri kemudian mengantarkan kepada berbagai ujian pahit walau pada akhirnya akan muncul koreksi di kemudian hari. 

Apa yang sebenarnya dimaksud Hatta dalam "demokrasi kita"? Pertama, ide dasar adalah bahwa kekuasaan harur terbagi (desentralisasi) yang tidak memungkinkan adanya dominasi kekuasaan berdasarkan ethnis atau agama. kedua, Demokrasi haruslah mampu menjadikan rakyat berdaya dengan cara menginstall dengan nilai-nilai humanisme. Terakhir, adalah bentuk negara federal walau memang ide ini sangat kontroversial dengan kelompok 'ultra' nasionalis pada saat itu dan bahkan sampai sekarang. Ide-ide demokrasi itu nampaknya juga mempengaruhi Hatta sampai pada pemikiran ekonomi yang menempatkan gotong royong, asa kebersamaan dan kekeluargaan menjadi fondasi kuat ekonomi Indonesia yang kemudian dikenal sistem ekonomi pancasila/demokrasi ekonomi--dimana sektor riil harus dibangun dan sedikit mengurangi orientasi makroekonomi.

Banyak pelajaran dan teladan dari founding fathers ini dimana mereka senantiasa berkomitmen untuk menempatkan kepentingan pribadi diatas kepentingan golongan, setiap gerak dan langkah perjuangannya adalah bagian dari gerak cita-cita pembangunan bangsa yaitu membentuk suatu pemerintahan Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta membangun ketertiban dunia (Pembukaan UUD 1945). Sikap kenegaraan ini harusnya terus dihidupkan kembali, setelah republik dan gagasan "demokrasi kita" menginjak usianya melampui setengah abad. 

Sebagai penutup ungkapan optimisme Bung Hatta ini sangat penting dijadikan pelajaran bersama, " “Tetapi Sedjarah memberi peladjaran djuga pada manusia. Suatu barang jang bernilai seperti demokrasi baru dihargai, apabila hilang sementara waktu. Asal bangsa kita mau beladjar dari kesalahannja dan berpegang kembali kepada ideologi negara dengan djiwa murni, demokrai jang tertidur sementara akan bangun kembali”.  Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa Hatta lebih menekankan demokrasi yang esensial dari pada berwacana mengenai mimpi-mimpi demokrasi elektoral yang sedang memakan banyak korban sampai hari ini. 

307C, Oct 28, 2011

PS: Ini adalah tulisan kedua setelah versi pertama mengalami gangguan akibat hang sehingga hilang dan dengan berat hati tulisan versi ini kelihatan sudah kurang semangat dalam menulis.

No comments:

Post a Comment