David Efendi
Terlepas pemahaman kita yang berbeda
tentang arti politik saya mencoba membicarakan tentang arti politik yang bukan
merupakan pemahaman kebanyakan orang atau akademisi pengkaji politik. Jika
politik dipahamai sebagai siapa mendapatkan apa dan bagaimana caranya? ini
merupakan makna politik yang sangat universal dan abstract namun disini lain
pengertian ini melegitimasi pemahaman kita bahwa kekuasaan itu milik siapa
saja, kekuatan untuk makar dan melawan itu bisa muncul dari individu dan
kelompok tertentu. Pengertian politik Laswell ini sedikit banyak membantu kita
memahami dinamika everyday politics.
Benedict kervliet (1984, 2010) dengan tegas
membedakan locus kajian everyday politik dengan tipe politik lainnya. Ada tipe
jenis lain selaian everyday politik yaitu jenis kelamin politik yang sering
membuat kita pusing dan pening yaitu official politik (executive, legislative,
dan legislative ala Trias Politica Paman Montesquieu), dan yang kedua
adalah bentuk politik advokasi yang dipelopori oleh organisasi civil society
atau NGO. Sementara James Scott (1978) lebih memberikan penekanan pada everyday
politics dengan gaya perlawanan yang unik. Menurut James Scott, selemah-lemah iman dan kekuasaan orang masih mempunyai cara untuk melawan. Hal ini didasarkan atas kajiannya di masyarakat agraris Malaysia.
politics dengan gaya perlawanan yang unik. Menurut James Scott, selemah-lemah iman dan kekuasaan orang masih mempunyai cara untuk melawan. Hal ini didasarkan atas kajiannya di masyarakat agraris Malaysia.
Everyday politics tidak membicarakan
politik dalam arti relasi kekuasaan antar lembaga negara, dan lembaga negara
dengan pihak yang dikuasai (the government and the governed; the ruler and the
ruled) tetapi membicarakan aspek-aspek perilaku dan exspresi individu yang
tanpa terorganisir dan bahkan tampa niat (intention) untuk melakukan perubahan terhadap keadaan yang timpang. Tanpa niat ini seringkali memunculkan unintended consequence sebagaimana temuan Kerkvliet (2005) dalam kasus petani Vietnam yang mampu mengubah kebijakan pertanian kelektif menjadi pertanian keluarga. Politik ini lalu dikenal sebagai everyday politics. Everyday Politics ini saya
membedakannya dengan daily politics yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan yang
tidak lain tidak bukan mengartikulasikan politik sebagai politics as busness as
usual, political correctness, atau politic can do no wrong.
Ketika kita membaca masyarakat Jawa dan
nusantara pada umumnya. Kita akan menemukan kekayaan budaya yang berupa lagu,
musik, dan sastra. Banyak literatur pula yang mengidentifikasikan bahwa banyak
dari budaya itu dijadikan sebagai alat perlawanan rakyat untuk situasi
penjajahan yang hampir tidak memungkinkan melawan dengan fisik walau pada
kulminasi tertentu mereka harus bertemu dengan organisasi perlawanan. Sastra
bukan hanya milik kaum elit, di banyak kasus sastra telah mendarah daging
sebagai ekpresi perlawanan baik berupa lagu nyanyian, musik, dan puisi.
Puisi dan Nyanyian Perlawanan
Kita mesti tahu betapa sastrawan dan
seniman snagat berbahaya bagi kepentingan rezim kekuasaan. Tidak sedikit mereka
harus dijadikan tahanan politik. Rendra, Pramudya, dan sebagainya merasakan
pengabnya penjarah dan pahitnya pengasingan. Rendra tahun 1998 sebelum Suharto runtuh
membacakan Megatruh yang mengguncang dunia akademisi dan masyarakat biasa
karena betapa sajak-sajak itu menikam tanpa senjata kepada penguasa. Puisi itu
adalah ibarat menyerang tanpa pasukan, menang tanpa merendakan. Begitu juga
musik sebagai seni melawan.
Kita juga saksikan musik dan lagu di
gunakan sebagai expresi orang untuk menyampaikan ketidaksetujuan akan skema
pembangunan dan modernisasi yang tidak lain tidak bukan hanyalah jalan lain
menghancurkan budaya lokal. Minimal ini menurut beberapa orang yang saya ajak
bicara. Gerakan pro-keistimewaan dan penetapan Gubernur DI Yogyakarta yang
sejak tahun 1998 "bergolak", menyerukan konservasi terhadap tradisi
lokal dengan 'manfikkan' demokrasi liberal one man one vote pada tahun 2010
dikejutkan dengan sebuah lagu yang paling populer di Yogyakarta di tahun 2011.
Semua orang tanpa mengenal usia dpaat menyanyikannya. lagu ini diputar
dimana-mana tanpa batas ruang, di you tube menjadi nada dering Handphone dan
menjadi lagu utama dari setiap kegiatan demontrasi atau kegiatan budaya. Dampak
dari lagu ini tidak sesedarhana yang kita bayangkan.
Dengan lagu itu, masyarakat paham bagaimana
cara mendukung gerakan secara diam-diam, menjadi suporter jika memungkinkan
waktunya, dan diam-diam makna keistimewaan dan rasa bangga sebagai orang Jogja
muncul dan menguat. Karena itu, tidak mereka membiarkan orang lain mengurangsi
harga diri dan rasa memiliki idnetitas ini. Dari lagu itu, rasa superioritas
dan ingatan sosok pemimpin "Agung Binatara" dan "Satrio Piningit" muncul dalam diri
dan suasana bathinnya. Jika keyakinan ini kuat, gerakan radikal pun sangat memungkinkan
untuk terjadi.
Lagu hip hop Jogja Istimewa itu layak
dijadikan song of resistance secara oficial dan ini dapat dilihat dari
bagaimana lagu ini diterima oleh sebagian besar warga walau jika terdengar oleh
ethnis lain lagu ini sangat exlusif dan sangat menuhankan sejarah. Tetapi,
bagai orang Jogja selama tidak berusaha merugikan ethnis dan keutuhan NKRI
tentu mereka tidak akan mersa risih. Nyanyian adalah ekspresi jiwa, tidak semua
orang bisa mersakan dampaknya tetapi secara psikologi ini menjadikan
gerakan-gerakan sosial terasa damai dan juga para suppporternya tidak terkena
perangkap rasa prustasi karena nyanyian itu mampu menghilangkan ketegangan
syarar. Inilah kehebatan senjata sastra baik puisi atau nyanyian.
Selain itu, dengan puisi dan nyanyian
seseorang tidak perlu datang dan turun ke jalan untuk demonstrasi. Tuntutan
akan perubahan atau anti perubahan bisa diteriakkan melalui ruang-ruang privat
dan juga dari radio-radio dan TV di rumah tangga. Salah satu indikator,
misalnya dalam gerakan keistimewaan Yogyakarta, bahwa seorang menolak atau
menerima misi gerakan adalah seberapa penerimaan mereka terhadap lagu jogja
istimewa. Apabaila seseorang memperdengarkan musik itu, walau mereka tidak
turun ke jalan, bisa kita anggap mereka secara diam-diam mendukung. Begitu pula
sebaliknya.
Selain aspek itu, dalam kasus Yogyakarta.
Jika seseorang memelihara keyakinan akan hubungan spiritual rakyat dengan tuhan
yang dalam batas tertentu tidak lain adalah hubungan rakyat dengan sultan maka
mereka sejatinya pendukung gerakan keistimewaan. Walau dengan cara yang tidak
kentara.
(Beberapa ilustrasi foto di dalam artikel ini adalah ekpresi politik yang halus dan tidak langsung menyerang. Inilah seni everyday politics).
HI, Marc 9, 2012
No comments:
Post a Comment