Monday, March 12, 2012

Dari birokrasi ke angkringan: catatan kecil pergeseran tema skripsi mahasiswa JPP tahun 2000an


Amalinda Savirani

Seminggu  belakangan ini saya mendapat tugas kolega di jurusan menulis kata pengantar skripsi s-1 mahasiswa yang akan diterbitkan oleh jurusan. Skripsi ini milik Rias Fitriyana Indriyati. Ia menulis tentang graffiti di Yogyakarta dan kaitannya dengan apa yang dia sebut sebagai ‘politik sehari-hari’.

Karena bingung gak dapat ide menulis, saya iseng membacai buku tebal kusam milik pak Sarjono, TU Jurusan yang isinya adalah data-data judul skripsi mahasiswa dari zaman jadul. Yang terjadul adalah angkatan 1993, kakak kelas saya. Ternyata telah berlangsung pergeseran tema skripsi dari tahun ke tahun, dari era 90an ke era 2000an. Jadi saya batasi assessment saya pada angkatan 1993, yang mulai lulus sekitar tahun 1998-1999.


Ketika saya menjadi mahasiswa di jurusan ini di pertengahan tahun 1990an, tema penulisan skripsi didominasi oleh isu yang bersifat state-centric, atau berpusat pada negara dan apparatus nya, seperti birokrasi, unit-unit pemerintahan, lembaga perwakilan, mengukur “efektifitas” program pemerintah, seperti IDT (Inpres Desa Tertinggal), kinerja kerja birokrasi dalam menjalankan peran dasar pemerintah, evaluasi lembaga parlemen (yang mandul), otonomi daerah (yang formalistic), dll.

Dari segi pendekatan, skripsi bertema state-centric ini dikerangkai dengan pendekatan yang legal formalis, yakni mendekati dan mengkerangkai persoalan politik kelembagaan dari aspek evaluatif, yakni dengan membandingkan antara yang ideal dengan kenyataan, misalnya fokus pada kajian .  Mahasiswa yang ingin keluar dari tema-tema ‘standar’ tersebut biasanya memfokuskan diri pada tema pemikiran politik, dan atau fokus pada lembaga-lembaga masyarakat sipil yang saat itu kira2 anti negara.

Situasi ‘tidak banyak pilihan’ ini  bergeser sejak awal tahun 2001 (mereka yang lulus di tahun ini). Sejak itu berlangsung peningkatan variasi tema tulisan skripsi mahasiswa di Jurusan ini. Mulai ada mahasiswa yang menulis tentang “Sepakbola dan kaitannya dengan Pilkada”, yang ditulis oleh R Anung Handoko (2006). Dalam periode yang sama, Tyas Ratnawati (2006) menulis “Daily politics. Studi awal  politik pangan di Indonesia, Wigke Carpri di tahun yang berdekatan menulis pergulatan politik identitas di kalangan kelompok minoritas gay di Yogyakarta. Titik Widiyanti (2008) melakukan penelitian dengan tema yang sama untuk kelompok Waria di Yogyakarta. Di periode sebelumnya, Utan Parlindungan (2007) menulis skripsi tentang lagu “Genjer-Genjer” yang digunakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Penerusnya adalah Ulya Jamson (2010) yang menulis tentang angkringan sebagai ruang publik. Ratna Puspita Dwipa tentang kemenyan dan dukun dalam praktek politik Indonesia, dan masih banyak lagi karya-karya skripsi mahasiswa lainnya dengan tema yang sangat dinamis yang tidak bisa diurai satu per satu.

Karya mereka memiliki perbedaan tema dengan generasi mahasiswa di tahun 1990an, termasuk generasi saya. Secara kasar barangkali pergeseran ini bisa diberi label sebagai perubahan dari tema state-centric menjadi society-centric dari segi substansi dan dari segi pendekatan adalah dari “politik formal” menjadi “politik informal”. Bukan hanya pada temanya yang mengalami pergeseran, melainkan juga pendekatan dalam memaknai peristiwa politik. Ada pergeseran trend yang meningkat di kalangan mahasiswa angkatan paska 2000-an dari relasi kuasa formal di lembaga-lembaga politik dan pemerintah, menjadi relasi kuasa dalam berlangsung dalam kehidupan sehari-hari, dan atau dalam tema-tema yang secara klasik dianggap “bukan politik”. Salah satu pendekatan tersebut adalah “everyday practice of politics”. 

Ada beberapa penjelasan pergeseran trend ini. Pertama. secara institusional ada perubahan kurikulum yang cukup mendasar di Jurusan Pemerintahan sejak awal-awal tahun 2000an. Di tahun pertama tugas jurusan adalah adalah membuka pintu ketertarikan mahasiswa pada praktek politik, apapun bentuknya. Kedua, JPP menginisiasi kurikulum baru tahun 2005 dan memperbanyak matakuliah yang berada di luar mainstream studi politik, seperti “Politik Perkotaan”, “Gerakan Politik”, “HAM dan Kewarganegaraan”, “Pemerintahan Komunitas”, “Politik Agraria” , ”Masyarakat Ekonomi”, “Politik Perburuhan”, dll. Di samping itu, kuliah-kuliah yang klasik pun seperti “Pengantar Ilmu Politik dan Pemerintahan” memiliki cara berfikir yang up-to-date.  Upaya ini didukung oleh staf pengajar JPP yang selalu memiliki memiliki keinginan menyegarkan diri dengan perspektif baru.  Hasilnya adalah “ledakan” skripsi dengan tema yang sangat ber5variasi dan tidak lagi terfokus pada Negara.  Makna politik pun mengalami pergeseran, dari politik formal di lembaga-lembaga pemerintah dan masyarakat, menjadi politik sehari-hari yang dialami oleh warga Negara.

Membacai judul-judul skripsi satu persatu-satu, hati saya rasanya lebar karena senang. 

No comments:

Post a Comment